Jumat, 09 Februari 2018

Teks Pidato Tentang Kemiskinan di Indonesia

Assalamu’alaikum. wr. wb

  Alhamdulillahirobbil’alamiin wassolatu wassalamu ‘ala asrofil anbiyai warmursalin wa’ala alihi wasihbihi ajma’in amma ba’du. 

     Pertama-tama marilah kita panjatkan puji beserta syukur kepada allah swt. Atas rahmat dan hidayahnya kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini, sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda tercinta yakni habibana wanabiyana muhammad saw. Tidak lupa kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan kita selaku umatnya.
    Ibu guru bahasa indonesia yang saya hormati, dan teman-teman yang saya banggakan, dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan pidato yang berjudul “Banyaknya Kemiskinan di Indonesia”
     Pada saat ini tingkat kemiskinan di indonesia sangat besar. Salah satu penyebab dari kemiskinan ini yaitu, rendahnya tingkat pendidikan seseorang, kurangnya lowongan pekerjaan dan pola pikir masyarkat.
    Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa pada bulan Maret 2017 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,77 juta jiwa. Jumlah tersebut naik sebesar 10,64% atau dengan kata lain bertambah sebanyak 6.900 orang dibandingkan dengan kondisi per bulan September 2016, yakni sebesar 27,76 juta orang atau sebanyak 10,70% dari total penduduk Indonesia.

    Berbagai lembaga salah satunya Oxfam Indonesiadan International NGO Forum on Indonesia Development membuat slogan “menuju Indonesia yang lebih setara”. Upaya tersebut adalah dengan meluncurkan laporan berbagai ketimpangan yang ada di Indonesia. Tujuannya adalah mendorong pemerintah untuk mengurangi segala ketimpangan yang ada. Dalam laporan tersebut, Oxfam dan INFID mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat ke-6 terbawah dalam perihal ketimpangan. Dengan kata lain, harta 100 juta orang miskin setara dengan harta 4 orang terkaya di Indonesia.

     Eks Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, mengatakan bahwa walaupun pemerintah menaikkan hutang negara hingga ribuan triliun, sayangnya hal tersebut masih belum bisa menurunkan angka kemiskinan di Indonesia. Hal itu disebakan utang tersebut difokuskan untuk pembangunan infrastruktur. Sebenarnya, infrastruktur memang memiliki manfaat jangka panjang. Ketika pembangunan infrastruktur selesai, maka diprediksi bahwa perekonomian Indonesia akan melesat.

    World Health Organization (WHO) pernah merilis sebuah data yang menarik pada tahun 2105. Hal ini tentu saja mengenai korelasi antara rokok dan kemiskinan. Organisasi kesehatan di bawah naungan PBB ini mencatat bahwa kebanyakan perokok di seluruh dunia, khususnya Indonesia berasal dari masyarakat menengah ke bawah. Sementara di Indonesia sendiri, posisi rokok memang hampir sederajat dengan beras sebagai kebutuhan primer. Bahkan, rokok merupakan komoditas kedua penyumbang kemiskinan setelah beras. 

    Garis kemiskinan ditetapkan untuk mematok kelompok penduduk yang masuk dalam kategori miskin dan tidaknya. Orang-orang yang tergolong miskin adalah yang rata-rata pengeluarannya hanya sebesar Rp 374.478 per kapita tiap bulannya. Sementara itu, BPS sendiri pernah menyatakan bahwa jumlah tersebut sebanyak Rp 274.544 dialokasikan untuk makanan, sedangkan sisanya untuk keperluan lainnya.

    Tingkat kemiskinan yang besar, menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Bila hal ini terus berlanjut, maka Indonesia akan tetap menjadi negara berkembang.
     Jadi, kita harus mencari solusi agar dapat mencegah dan mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia. Contohnya, seperti mengadakan sekolah yang dibiayai ileh pemerintah, karena dengan begitu, tingkat pendidikan seseorang akan meningkat. Selain itu pemerintah dapat membuka lowongan pekerkjaam bagi para pengangguran di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 ADRIAN APSKEMA | Design : Noyod.Com